skip to main |
skip to sidebar
07.27
PKS Prambanan Sleman
No comments
Tulisan seorang akademisi di kotanya Jokowi, "Mendengarkan pidato
penyelamatan partai demokrat malam ini, terasa sekali bedanya dgn PKS.
Demokrat dan PKS sama-sama mengalami prahara, tapi strategi penanganannya jauh berbeda.
Jika Demokrat kerisauan elit partai atas turunnya elektabilitas
mendesak sBY segera turun tangan, di PKS pemicu penyelamatan lebih berat
lagi dengan adanya konspirasi tirani kekuasaan..
Jika Demokrat
butuh waktu berbulan-bulan utk mengambil keputusan penyelamatan yg juga
masih menggantung, PKS cuma butuh waktu 2 hari utk recovery dan berlari
kembali dengan semangat menggunung..
Jika di Demokrat Ketua
Dewan Pembina dan Ketua Majelis Tinggi Demokrat yg juga merangkap sbg
Presiden RI terpaksa harus turun gunung menyelesaikan kemelut, di PKS
cukup dengan Sekjen Partai yg rela melepas jabatannya utk berjibaku
membakar semangat kader dan membuat publik salut..
Jika
Demokrat butuh 8 langkah teknis sbg strategi (ini bahkan lebih dari
jatah nomor urutnya yg no 7), PKS cuma butuh 3 langkah besar utk bangkit
kembali (pas dengan nomor urutnya lagi yg no 3)..
Jika
Demokrat perlu pakta integritas, setor NPWP, buat laporan harta, dan
langkah lain yg cenderung formalitas , strategi PKS lebih substansial
dengan muhasabah dan taubat nasional utk meningkatkan soliditas..
Jika solusi Demokrat penuh dengan ancaman akan mengeluarkan kader yg
mbalelo dari partai, di PKS semua elemen pimpinan, pengurus dan kader
dirangkul sehingga timbul dukungan luas thd eksistensi partai,
Jika kader Demokrat sulit mendapat pelajaran dari setiap masalah yg
membelitnya, sebaliknya PKS malah bisa menangguk iklan gratis, simpati
publik bahkan memunculkan "Bung Karno baru" sebagai hikmahnya..
Maka tak heran jika Ahmad Mubarok pernah berkata, "Banyak petinggi Demokrat yg iri kepada soliditas PKS". [ ]
Posted in: KOLOM
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Facebook
0 komentar:
Posting Komentar