Kamis, 31 Januari 2013

Keterangan Resmi Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq Terkait Isu Penyuapan 30 Jan 2013 | 23:45 WIB

Assalamu'alaykum Warahmatullah Wabarakatuh

Pertama kami mengapresiasi kinerja KPK dalam melakukan pemberantasan korupsi. Kita berharap pemberantasan korupsi di Indonesia terus berjalan dengan baik sesuai dengan aturan undang-undang yang sudah ada.

Yang kedua, saya agak terkejut tadi mendapatkan berita dari kawan-kawan bahwa di KPK, ada pernyataan resmi tentang nama LHI sebagai salah satu yang diindikasikan terlibat kasus penyuapan.

Saya tidak tahu yang dimaksudkan siapa, tetapi memang nama saya adalah Luthfi Hasan Ishaaq yang biasa orang menyebutnya LHI.

Seandainya yang dimaksudkan adalah saya, maka saya sebagai warga negara Indonesia sudah tentu akan taat kepada proses hukum yang ada.

Tetapi, andai isu penyuapan itu benar, sudah barang tentu, saya tidak akan menerimanya. Tidak saya, tidak partai saya, tidak juga kader-kader Partai Keadilan Sejahtera.

Untuk itu, kepada seluruh jajaran, kader dan seluruh pengurus partai, Saya berharap para kader tetap menahan diri, terus berdoa, dan menyerahkan semua urusan pada Allah SWT, dan terus berjuang agar negeri kita ini bebas dari korupsi. Karena tindakan itu merugikan negara dan menyengsarakan rakyat, dan pemberantasan korupsi itu sudah menjadi komitmen PKS.

Biasanya menjelang pemilu, kita selalu mengucapkan kalimat "Hasbunallah wani'mal wakil, ni'mal maula wani'man nashir".

Demikian saya sampaikan keterangan ini, terima kasih.

Wassalamu'alaykum Warahmatullah Wabarakatuh

Sumber: http://pks.or.id

Minggu, 27 Januari 2013

Silaturahim Tokoh Masyarakat Jogja | Bersama Dr. Shohibul Iman

JOGJA -- DPD PKS Sleman mengadakan acara Silaturahim Tokoh Masyarakat Yogyakarta bersama Dr. Shohibul Iman (Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI) pada hari Jum'at malam, 26 Januari 2013 di Balai Utari, Gedung Mandala Bhakti Wanitatama, Yogyakarta. Acara ini mengambil tema "Partai Bersih dalam Realitas Pilihan Saat Pemilu". Hadir di sana puluhan tokoh masyarakat, juga pengampu struktur di tingkat kecamatan dan desa. Berikut ini pengantar yang disampaikan Dr. Shohibul Iman dalam diskusi tersebut (dengan berbagai perubahan redaksional karena hanya berbekal catatan).

Dalam survei yang dilakukan LIPI (2012), menurut masyarakat ada tiga hal mendasar yang dibutuhkan dalam membangun bangsa, salah satunya integritas (terkait dengan bebasnya tokoh atau partai dari korupsi). Berkaitan dengan itu, logikanya tentu partai yang lebih bersihlah yang akan dipilih masyarakat. Namun faktanya, ada partai yang memiliki tingkat korupsi yang tinggi namun tetap dipilih masyarakat di tingkat teratas (memenangkan pemilu). Kenapa bisa begitu?

Ada dua faktor utama dari banyak faktor yang mempengaruhi pilihan masyarakat dalam pemilu. Yang pertama, kondisi masyarakat, dan yang kedua, kondisi partai itu sendiri.
1. Kondisi masyarakat
Sudah (sejak) beberapa waktu silam ada usaha depolitisasi, sehingga hubungan masyarakat dengan legislatif cenderung merenggang menjadi seperti dua dunia. Akibatnya muncul persepsi masyarakat berkaitan dengan fungsi anggota legislatif (dewan), bahwa fungsinya bukanlah pengawasan pemerintahan dan penganggaran, akan tetapi manfaat langsung yang dapat diberikan oleh caleg tersebut. Muncul mindset, "apa yang bisa Bapak berikan kepada kami?". Dengan begitu, yang akan dipilih adalah partai atau caleg yang bisa memberikan 'manfaat langsung' lebih besar.

2. Kondisi parpol itu sendiri
Parpol-parpol yang ada saat ini tidak mempunyai diferensiasi yang tajam antara satu dengan yang lain. Tingkat ideologisasi partai-partai semakin pudar. Hanya ada segelintir parpol yang masih berupa partai kader. Tidak adanya perbedaan yang tajam ini akan membuat masyarakat kebingungan dalam memilih, karena parpol satu dengan yang lain cenderung sama konsepnya. Kondisi itu akan membuat masyarakat akan mencari sumber referensi lain untuk memilih parpol. Menurut hasil survei, ada dua preferensi masyarakat untuk memudahkannya dalam memilih, yaitu siapakah tokoh partainya dan bagaimana citra partainya.

Citra partai seharusnya sangat erat berkaitan (mencerminkan) substansi suatu partai. Namun realita hari ini, citra partai itu bisa dikemas, bisa direkayasa, sehingga citra partai tidak lagi selalu mencerminkan substansi partainya.Inilah peran media yang dapat mempengaruhi opini publik dengan dahsyat. Media dapat melakukan penggiringan opini menuju opini tertentu. Sehingga partai yang dapat melakukan belanja media dengan leluasa, tentu dapat menguasai opini publik.

Belanja media merupakan sesuatu yang sangat mahal. Ketika PKS ingin mencoba mensosialisasikan bahwa memiliki tokoh yang sederhana, ternayta biayanya tidak sederhana. Butuh biaya besar. Begitu pula ketika ingin mencitrakan diri sebagai partai yang bersih dan peduli. Mainstream media, menghantam seluruh partai bahwa semua partai bobrok. Sedang belanja media begitu mahal. Dengan begitu, partai-partai yang tidak bisa mencitrakan dirinya akan tenggelam.

Hingga saat ini FPKS di DPR RI masih terus mengupayakan agar biaya pemilu dan pilkada menjadi murah. Misalnya dengan mengupayakan diberlakukannya sistem urut. Dengan sistem ini, tidak perlu mencetak surat suara yang besar yang berisi foto-foto dan nama caleg, namun cukup logo partainya, sehingga irit biaya pencetakan surat suara. Namun hal ini hanya dapat berfungsi baik bila sistem kaderisasi di tiap parpol benar-benar baik, sehingga yang memperoleh nomor urut awal adalah caleg yang benar-benar berkualitas. Jika yang bisa mendapatkan nomer urut awal adalah caleg yang bisa membayar banyak pada partai, bukan berdasarkan kualitas, sistem urut malah justru kontra produktif.

Cara kedua adalah dengan melakukan pembatasan dana pemilu setiap parpol, dan pembatasan belanja media. Dengan begitu persaingan antar parpol bisa menjadi lebih seimbang. Jika tidak ada pembatasan, maka besar kemungkinan partai mana yang kaya, dialah yang akan menang. [cah]

Rabu, 23 Januari 2013

5 Pilar Syukur

Menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah syukur adalah terlihatnya tanda-tanda nikmat Allah pada lidah hamba-Nya dalam bentuk pujian, dalam hatinya dalam bentuk cinta kepada-Nya, dan pada organ tubuh dalam bentuk taat dan tunduk kepada-Nya. Dalam definisi syukur ini terkandung tiga unsur, yaitu: pujian lisan, cinta dalam hati dan ketaatan dalam perbuatan.
Syukur sejatinya tidak menambah apapun kepada pelakunya melainkan kenikmatan dan kebahagiaan. Dengan bersyukur, manusia menjadi lebih berbahagia dan menjadi lebih bertambah nikmatnya. Syukur dengan demikian, memiliki korelasi positif dengan kesuksesan.


Pada tahun 1998, Profesor Emmons mulai mengkaji tentang syukur. Profesor Emmons melibatkan para mahasiswanya dalam penelitiannya tentang syukur. Saat itu, sang profesor menyuruh sebagian dari para mahasiswa tersebut untuk menuliskan lima hal yang menjadikan mereka bersyukur setiap hari. Sedangkan mahasiswa selebihnya diminta mencatat lima hal yang menjadikan mereka berkeluh kesah (galau).


Apa yang terjadi? Tiga pekan kemudian, mahasiswa yang bersyukur memberitahukan adanya peningkatan dalam hal kesehatan jiwa-raga dan semakin membaiknya hubungan kemasyarakatan dibandingkan rekan mereka yang suka menggerutu.


Itulah fakta ilmiah yang mengungkap rahasia bersyukur. Bahwa diantara dampak bersyukur adalah meningkatnya kesehatan jiwa-raga dan membaiknya hubungan kemasyarakatan. Artinya, dengan bersyukur, bertambahlah nikmat. Dengan bersyukur, semakin dekatlah seseorang dengan kesuksesan. Penelitian ini sangat sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim : 7).

Bagaimana memperkuat rasa syukur kepada Allah? Ada 5 pilar untuk memperkuat rasa syukur:

1. Sadar, Syukur, Cinta, Tunduk Sujud Inspirasi: Wahyu pertama Al Qur’an : ..Bacalah..
Wahyu pertama Al Qur’an : "Iqra'" bacalah, menjadi inspirasi pilar pertama ini. Tidak ada agama lain yang wahyu pertamanya adalah Iqra' – bacalah. Wahyu ini memberikan inspirasi kepada kita bahwa "Iqra" harus menjadi kerangka awal dalam kehidupan kita. Demikian pula, syukur itu dimulai dari membaca. Membaca, menyadari nikmat-nikmat Allah.


Model 5 Pilar Syukur
Dan lihatlah, surat Al-Alaq itu diakhiri dengan ayat "wasjud waqtarib." Bahwa proses membaca, kesadaran, itu akan berujung kepada tunduk sujud dan semakin dekat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

2. Komitmen , membumikan dan membuka syukur Inspirasi : Surat Pertama Al Qur’an : Al Fatihah ..Pembuka sukses
Jika orangtua ingin menekankan sesuatu pada anaknya dan supaya anaknya melakukan sesuatu itu, biasanya ia akan mengulang-ulangnya. "Nak, bergaul yang baik ya dengan teman-teman." Besuknya lagi, sebelum anak berangkat sekolah orangtua juga berpesan: . "Nak, bergaul yang baik ya dengan teman-teman." Itu pesan yang artinya sangat penting agar anak bergaul dengan temannya secara baik.


Surat Al Fatihah disebut sebagai sab'ul matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang) karena ia selalu kita baca dalam shalat, berulang-ulang. Setidaknya, 17 kali kita baca dalam 17 rakaat shalat lima waktu. Artinya apa? Allah berkeinginan kita berkomitmen menjalankan pesan Al Fatihah. Al Fatihah membuka jalan sukses dan Rumus Sukses, menjadi komitmen hidup.

Di dalam surat yang terdiri dari 7 ayat itu ada 7 rumus sukses, yakni visi, potensi, peluang, motivasi, misi, strategi, dan gerak. Insya Allah akan dipaparkan dalam artikel tersendiri.


3. Perilaku Syukur Inspirasi : urutan 114 Surat Al Quran : Menang dalam perjalanan kehidupan
Urutan surat dalam Al Qur'an itu sungguh ajaib. Dan semestinya, seperti itulah kehidupan kita. Bahwa langkah awal menjalani perilaku hidup (Qur’an) dengan Taqwa, Kemenangan didapat karena pertolongan Allah (An Nasr), dalam keihklasan Surat Al ihklas.


4. Menjaga syukur (agar terus selamat dan sukses) Inspirasi : Surat terakhir yaitu Al Falaq + An Nas : Penutup, berlindung
Agar syukur tetap dapat dipertahankan dan menjadi nilai hidup kita, dan dengan demikian kita mendapatkan kesuksesan, kita perlu berlindung kepada Allah. Menjaga syukur itu dengan perlindungan total kepada Allah.


Hal yang menarik dari surat Al Falaq dan An Nasa adalah, jika kita menghadapi bahaya/ancaman dari luar seperti kejahatan makhluk dan sihir, cukup digunakan satu ayat "Rabb". Tetapi jika kita berlindung dari syetan, yang merupakan godaan yang mengincar kita kapan saja di mana saja dan tanpa bisa dibentengi, Allah menyebut tiga ayat: Rabb, Malik, dan Ilah dalam tiga ayat pertama berturut-turut.


5. Meningkatkan Syukur, kebaikan yang berkelanjutan Inspirasi : Wahyu terakhir : Menyempurnakan sukses
Syukur harus tetap dijaga hingga titik akhir. Akhir kehidupan manusia harus ditutup dengan kebaikan. Wahyu mengajarkan, ayat yang terakhir turun adalah surat Al Maidah ayat 5 yang menunjukkan telah sempurnanya Islam. Demikian pula hidup kita, syukur harus dijaga hingga akhir, hidup harus ditutup dengan kesuksesan. []
Sumber : http://www.bersamadakwah.com

Disarikan dari Pengajian Ahad Pagi Ikadi Gresik di Masjid Nurul Jannah
edisi 20 Januari 2013
Penceramah : Heru SS
Inspirator, Penulis buku "Inspiring Quran"

Senin, 21 Januari 2013

Prambanan Pengirim Utusan Terbanyak Peserta Mukhoyyam Al-Qur'an 2 DPW PKS DIY

PRAMBANAN, SLEMAN -- DPW PKS DIY menyelenggarakan acara Mukhoyyam Al-Qur'an 2 (MQ 2), pada hari Jum'at hingga Ahad, 18-20 Januari 2013, di Wisma Puas, Kaliurang. Acara ini merupakan salah satu program dari Biro Al-Qur'an Bidang Kaderisasi DPW, sebagai kelanjutan dari program yang sama yang telah dilakukan beberapa waktu silam, yaitu MQ 1 yang dilaksanakan di Wisma PU, Yogyakarta.

Disampaikan oleh Ketua DPW PKS DIY, Dr. Sukamta dalam sambutannya, bahwa tujuan dari pelaksanaan program ini adalah untuk membentuk pionir-pionir kader dakwah yang dapat menggeliatkan semangat kader dakwah yang lain khususnya, dan masyarakat pada umumnya, berkaitan dengan upaya membina kedekatan diri dengan Al-Qur'an. Upaya mendekatkan diri itu dilakukan dengan membaca, menghafal, memahami, mengamalkan dan tentunya menyampaikan (mendakwahkan). Dengan begitu, kader dakwah yang tugasnya menyampaikan isi Al-Qur'an, benar-benar dekat dengan Al-Qur'an sehingga dakwah semakin kokoh. Dan dakwah akan tetap berkah bila ada banyak penghafal dan pengamal Al-Qur'an di dalamnya.

Dr. Sukamta menambahkan, "Dakwah ini selain dikokohkan oleh eksistensi politik, harus dikokohkan pula dengan para penghafal Al-Qur'an. Ketika masyarakat sudah tunduk melalui aktivitas politik, yang bisa mengisi hati mereka dengan pembinaan hanyalah para penghafal Al-Qur'an". Hal ini dikuatkan oleh salah seorang musyrif mukhoyyam Al-Qur'an tingkat nasional, yaitu Ustadz Riyadhusshalihin dalam taujih iftitah, bahwa "dakwah yang asli adalah dakwah yang dibangun oleh para penghafal Al-Qur'an sebagaimana dakwah ini (pada masa lalu -red) dibangun dan dipimpin oleh para penghapal Al-Qur'an".



Pelaksanaan MQ 2 ini didampingi oleh tiga orang musyrif mukhoyyam Al-Qur'an tingkat nasional dari DPP PKS. Selain Ustadz Riyadhusshalihin, yang mendampingi acara ini adalah Ustadz Ahmarul Hadi dan Ustadz Agus Qomaruddin. Dari DPW sendiri, hadir Dr. Sukamta selaku Ketua DPW PKS DIY untuk memberikan sambutan dan membuka acara, Ustadz Ahmad Khudhori, Lc. (Ketua Bidang Kaderisasi DPW) yang juga memberikan materi Huquuq Al-Qur'an, serta dari Biro Al-Qur'an yaitu Ustadz Martomo dan Ustadz Qomaruddin yang memimpin para panitia pelaksana, yang merupakan peserta MQ tingkat nasional.

Peserta MQ 2 ini kurang lebih enam puluh orang, yang merupakan perwakilan dari semua DPD di DIY dan sebagian juga alumni MQ 1, yang memenuhi syarat. Syarat peserta MQ 2 ini di antaranya adalah sudah hafal minimal 2 juz dari Al-Qur'an yang akan disetorkan kepada musyrif selama acara. Selain diharuskan setor 2 juz hafalan, peserta juga diberikan target untuk dapat menyelesaikan tilawah sebanyak minimal 30 juz selama acara, dan mengikuti qiyamullail yang panjangnya 3 juz tiap malam.

Prambanan tercatat mengirimkan peserta terbanyak dari semua kecamatan yang ada yang menjadi peserta acara ini. Sebanyak enam orang peserta dan dua orang panitia berasal dari Prambanan. Dari enam peserta, empat di antaranya merupakan ibu-ibu, semoga bukan gambaran bahwa ikhwan kalah semangat daripada akhwat dalam hal berinteraksi dengan Al-Qur'an.

Semoga acara ini dapat produktif dan berhasil mencetak pionir kader yang menjadi ahlul Qur'an. Yaitu kader yang menggeliatkan semangat kader lainnya untuk memperkuat aspek Qur'aniyah dalam dirinya, keluarganya dan masyarakatnya. Serta dapat memacu adanya banyak penghafal Al-Qur'an di masyarakat. Ada satu impian yang diungkapkan oleh Ketua DPW, Dr. Sukamta, "impian ke depan kita adalah nantinya di setiap DPRa minimal ada satu orang hafidz Al-Qur'an yang menjadi imam masjid dan membina masyarakat". Semoga impian tersebut dapat terwujud. Aamiin. [cah]

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons | Re-Design by PKS Piyungan